A. PENDAHULUAN
Pengobatan tradisional, termasuk pengobatan herbal telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat selama hampir dua dekade terakhir. Sayangnya, kemajuan ini juga disertai dengan banyaknya laporan mengenai efek negatif yang diperoleh dari pengobatan herbal tersebut. Dari hasil analisis dan penelitian yang telah dilakukan, salah satu faktor penyebabnya adalah karena rendahnya kualitas dari obat – obatan herbal yang mencakup bahan dasar tanaman obat dan penanganan pasca panen yang tidak sesuai. Sehingga diperlukan adanya suatu quality control terhadap penangan pasca panen, agar diperoleh simplisia yang berkhasiat dan terjamin kualitasnya.
Penanganan atau pengelolaan lepas panen perlu diperhatikan karena dapat terjadi perkembangan penyakit yang bisa menimbulkan kerusakan atau perubahan sifat hasil tanaman. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam pertumbuhan tanaman sampai menghasilkan ada beberapa jenis jamur tertentu, antara lain Aspergillus sp dan Fusarium sp, serta beberapa mikrobia golongan khamir yang selalu mempengaruhi kemulusan pertumbuhan dan produksinya. Kenyataannya jamur-jamur dan mikrobia tersebut dapat terus berkembang dengan baik pada hasil tanaman lepas panen, sehingga penyakit yang ditimbulkannya dapat menimbulkan kerusakan atau perubahan sifat hasil tanaman lepas panen (terutama dalam penyimpanan). Penanganan atau pengolahan di sini terutama dalam pengeringan dan penyimpanannya, yang dalam hal ini pengeringan harus benar- benar kering dan penyimpanan harus pada wadah yang kering dan ditempatkan pada ruangan yang tidak lembab, sedikit jauh dari kontak dengan lantai dan dinding ruangannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa sajakah parameter – parameter yang perlu diperhatikan dalam tahap pengeringan agar diperoleh suatu simplisia yang terjaga kualitas dan kuantitasnya?
C. TUJUAN
1. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tujuan dari dilakukannya tahap pengeringan pada penanganan pasca panen.
2. Dapat mengetahui dan memahami parameter - parameter apa saja yang perlu diperhatikan dalam tahap pengeringan pada penanganan Pasca Panen.
D. PEMBAHASAN
1. Tujuan dan Alasan Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Selain itu pengeringan akan mencegah agar simplisia tidak berjamur dan kandungan kimia yang berkhasiat tidak berubah karena proses fermentasi.
Adanya air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Berbeda pada tumbuhan yang masih hidup, pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak tersebut tidak terjadi karena adanya proses – proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan pengunaan isi sel. Keseimbangan ini akan hilang dengan segera setelah sel tumbuhan mati. Sehingga, dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik melalui pengeringan simplisia dapat mencegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
2. Cara Pengeringan
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara aliran udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan.
Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor – faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan.
Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering, sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yan terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan air tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face Hadening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalam bahan yang dikeringkan.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 900 C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 600 C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif dan tidak panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan cara mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg.
Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan, yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.
1. Pengeringan alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan:
a. Dengan panas sinar matahari langsung.
Pengeringan dengan sinar matahari merupakan cara tradisional. Namun, pada umumnya hasil yang diperoleh bermutu baik. Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras, seperti kayu, kulit kayu, biji, dan sebagainya, dan mengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Merupakan cara yang paling mudah dan biayanya relatif murah. Simplisia cukup dihamparkan merata setipis mungkin di atas alas plastik atau tikar dan dijemur di bawah sinar matahari langsung, sambil sering dibalik agar keringnya merata. Aktivitas pembalikan harus dilakukan secara teratur sehingga hasil tanaman benar-benar kering. Setelah batas kering yang dipersyaratkan tercapai, penyimpanannya harus pada wadah yang kering dan steril (bersih). Pengontrolan kualitas kering dapat dilakukan sebulan, sekuartal, sesuai dengan keperluan dengan cara melakukan pengeringan kembali apabila diperlukan.
Kerugian pengeringan dengan sinar matahari antara lain :
1) Untuk mendapatkan hasil yang benar-benar kering memerlukan waktu yang lama terlebih kalau cuaca kurang menguntungkan.
2) Pengeringan akan sangat tergantung pada cuaca (sinar matahari), apabila cuaca buruk untuk beberapa hari, kemungkinan besar kerusakan endogen pada hasil tanaman telah mulai berlangsung.
3) Pengeringannya memerlukan tempat yang luas dan beberapa orang tenaga pengering.
4) Karena suhu dan waktu sukar diawasi atau diatur fluktuasinya, maka kadang-kadang selama pengeringan dapat terjadi kerusakan akibat aktivitas mikroba.
5) kecepatan pengeringan akan sangat tergantung kepada iklim. Oleh karena itu cara ini lebih banyak digunakan di daerah dengan udara panas atau kelembaban rendah, serta tidak turun hujan.
b. Dengan diangin - anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung.
Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.
2. Pengeringan buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur.
Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut:
Udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin diesel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering,yang sederhana, praktis dan murah, dengan hasil yang cukup baik.
Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Meskipun demikian, pengadaan alat / mesin pengering membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga biasanya hanya dipakai oleh perusahaan jamu yang sudah cukup besar.
3. Alat yang Digunakan dalam Pengeringan
Untuk mengurangi kerugian – kerugian yang ditimbulkan saat pengeringan , sekarang telah banyak digunakan alat-alat pengering mekanis (buatan). Cara pengeringan dengan alat pengering ini disebut pengeringan buatan atau pengeringan mekanis, sebagai bahan pemanas yang lazim digunakan adalah udara panas yang kering (tidak mengandung uap air), tetapi dapat pula digunakan uap panas yang dialirkan melalui pipa-pipa, dan sebagainya. Bentuk alat pengering beraneka ragam disesuaikan dengan bahan hasil pertanian yang akan dikeringkan. Berikut ini adalah macam-macam alat pengering, yaitu:
1. Pengering berbentuk kabinet.
Alat pengering ini memiliki rak-rak untuk menempatkan bahan yang akan dikeringkan. Satu alat pengering kabinet rata-rata memiliki 3 atau 4 rak sebagai wadah atau tempat hasil tanaman yang akan dikeringkan, rak-rak ditempatkan secara tersusun dalam alat dan dengan penyebaran udara panas kedalamnya selama waktu yang telah ditentukan, pengeringan akan berlangsung dengan baik mendekati pengeringan sempurna dengan sinar matahari.
2. Pengering berbentuk “kiln”
Alat pengering ini hampir sama dengan alat pengering kabinet, tetapi lebih luas dan besar. Alat ini mempunyai pipa-pipa pemanas yang ditempatkan pada bagian bawah (lantai) dan pada bagian atas (atap) ruangan.
3. Pengering berbentuk terowongan (tunnel dryer)
Prinsipnya tidak berbeda dengan kedua pengering di atas. Ruang pengeringan lebih luas lagi sehingga dapat digunakan untuk mengeringkan lebih banyak bahan.
4. Pengering yang dapat berputar (rotary dryer)
Alat ini kebanyakan untuk mengeringkan bahan berbentuk biji-bijian, misalnya kedelai, jagung, padi dan lain-lain. Bagian dalam alat yang berbentuk silindris ini, semacam sayap yang banyak. Melalui antara sayap-sayap tersebut dialirkan udara panas yang kering sementara silinder pengering berputar. Dengan adanya sayap-sayap tersebut bahan seolah-olah diaduk sehingga pemanasan merata dan akhirnya diperoleh hasil yang lebih baik. Alat ini dilengkapi 2 silinder, yang satu ditempatkan di bagian dekat pemasukan bahan yang akan dikeringkan dan yang satu lagi di bagian dekat tempat pengeluaran bahan hasil pengeringan. Masing- masing silinder tersebut berhubungan dengan sayap- sayap (kipas) yang mengalirkan secara teratur udara panas disamping berfungsi pula sebagai pengaduk biji- bijian yang dalam proses pengeringan, sehingga dengan cara demikian pengeringan berlangsung merata dengan memuaskan.
5. Pengering berbentuk silindris ( drum dryer)
Pengering ini digunakan untuk mengeringkan zat-zat berbentuk cairan, misalnya susu atau air buah. Alatnya terdiri dari pipa silinder yang besar, ada yang hanya satu ada yang dua, bagian dalamnya berfungsi menampung dan mengalirkan uap panas. Cairan yang akan dikeringkan disiramkan pada silinder pengering tersebut dan akan keluar secara teratur dan selanjutnya menempel pada permukaan luar silinder yang panas sehingga mengering, dan karena silinder tersebut berputar dan di bagian atas terdapat pisau pengerik (skraper) maka tepung- tepung yang menempel akan terkerik dan berjatuhan masuk ke dalam penampung, sehingga didapat tepung sari hasil tanaman yang kering dan memuaskan.
6. Pengering dengan sistem penyemprotan (spray dryer)
Jenis pengering ini juga digunakan untuk mengeringkan bahan berbentuk cairan. Pada prinsipnya cairan disemprotkan melelui sebuah alat penyemprot (sprayer) ke dalam ruangan yang panas. Dengan demikian air akan dapat menguap sehingga bahan dapat kering menjadi bubuk atau powder.
Dengan alat pengering mekanis di atas hasil pengeringan berkualitas baik meskipun kalau dibandingkan dengan hasil pengeringan sinar matahari kualitas kering tersebut belum sebanding baiknya. Kelebihan pengeringan dengan alat pengering mekanis antara lain:
a. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan relatif lebih singkat.
b. Suhu dapat diatur, disesuaikan dengan bahan yang dikeringkan dan hasil yang dikehendaki.
c. Tidak memerlukan tempat yang luas
d. Hasil yang diperoleh mempunyai mutu yang baik meskipun kadang-kadang mutunya lebih rendah daripada pengeringan sinar matahari.
e. Tidak memerlukan banyak tenaga.
4. Perlakuan Terhadap Pengeringan Hasil Tanaman
Perlakuan pengeringan untuk menghindari atau mengurangi hasil tanaman dari kerusakan, yang umum dilakukan ada dua macam cara, yaitu pengeringan dengan sinar matahari dan pengeringan dengan udara panas, uap panas, dan sebagainya yang lebih sering dinamakan pengeringan mekanis.
Pengeringan dapat juga dilakukan dengan cara bahan ditempatkan pada rak-rak yang dibuat khusus untuk pengeringan. Ada pula yang pengeringannya dengan cara digantungkan, misalnya tembakau dan jagung. Tetap harus dilakukan pengontrolan yang teratur agar batas kering yang dipersyaratkan tidak terlampaui, sebab bila terlampau kering dapat menimbulkan kerusakan.
Dengan adanya keragaman dalam bentuk bahan baku simplisia maka ada perbedaan cara mengeringkan pada masing-masing bahan tersebut. Ada bahan yang langsung dikeringkan di bawah sinar matahari, dikeringkan dibawah naungan, dan ada pula pengeringan lambat atau pemeraman terlebih dahulu setelah panen. Penggunaan alat pengering buatan merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan bahan olahan yang lebih baik karena terhindar dari kontaminasi debu, serangga, burung, atau rodensia. Dari segi biaya, pengeringan matahari lebih menguntungkan, tetapi dari segi kualitas penggunaan alat pengering buatan akan menghasilkan simplisia yang lebih baik.
Berikut ini cara pengeringan beberapa bahan tanaman obat.
(a) Bahan yang berasal dari daun (folium)
Pengolahan bahan tanaman yang berupa daun, seperti daun tempuyung, kumis kucing, dan sambiloto, harus diperlakukan secara hati-hati untuk melindungi warna, aroma, serta kandungan zat berkhasiat dan senyawa kimianya. Daun-daun segar mudah mengalami kerusakan selama pengolahan. Bila penanganannya salah akan mengakibatkan perubahan warna atau bahkan tercemar mikroba. Penanganan yang benar tersebut harus sudah dimulai sejak masa pemanenan.
Untuk memperkecil kehilangan senyawa-senyawa yang mudah menguap sebaiknya pemanenan daun dilakukan pada pagi atau sore hari. Selanjutnya daun dilayukan dibawah naungan dan tidak dijemur langsung dibawah sinar matahari. Untuk mencegah terjadinya fermentasi atau berjamur maka sebaiknya daun disimpan dalam keadaan kering pada kondisi dingin. Untuk mempertahankan supaya daun tetap segar sebelu dikeringkan maka penyimpanan harus dilakukan pada suhu rendah atau dibawah 100 Celcius.
(b) Bahan yang berasal dari kulit (cortex) dan akar (radix)
Kulit kayu dan akar dapat langsung di jemur dibawah sinar matahari setelah dibersihkan dari kotoran yang melekat. Bila menggunakan alat pengering buatan maka suhu perlu dijaga anatara 50 - 600 Celcius.
(c) Bahan yang berasal dari buah (fructus) atau biji (semen)
Bahan yang berupa biji-bijian biasanya setelah panen dapat langsung dijemur tanpa dikupas terlebih dahulu, seperti adas, ketumbar dan kapulaga.
(d) Bahan yang berasal dari rimpang (rhizoma)
Bahan yang berasal dari rimpang seperti jahe, kencur, bengle, temulawak dan kunyit harus diiris. Pengirisan rimpang dilakukan tanpa dikuliti terlebih dahulu untuk memperkecil penguapan minyak atsiri yang terkandung di dalamnya. Arah irisan dapat melintang atau membujur setelah dicuci bersih. Ketebalan yang dianjurkan adalah 7 - 8 mm dan setelah dijemur atau kering ketebalannya menjadi 5 - 6 mm. Pengirisan sebaiknya menggunakan pisau tahan karat. Pada waktu penjemuran bahan jangan ditumpuk terlalu tinggi. Ketebalan penumpukkan bahan waktu penjemuran maksimum antara 3 - 4 cm. Lantai tempat penjemuran sebaiknya dialasi dengantikar atau anyaman dari bambu.
Pada waktu penjemuran, bahan harus sering dibolak-balik untuk menghindari fermentasi yang menyebabkan bahan menjadi busuk. Bila cuaca tidak menentu sebaiknya digunakan alat pengering buatan yang dirancang dengan bantuan panas matahari atau panas buatan.
Alat pengering hasil rekayasa Balittro yang menggunakan tenaga surya menghasilkan kisaran suhu antara 36,3-45,60 celcius dan kelembaban nisbi 30-40 %.
(e) Bahan yang berasal dari bunga (Flos)
Pemanenan terhadap bunga sebaiknya dilakukan pagi hari atau sore hari untuk menghindari kehilangan senyawa-senyawa yang mudah menguap. Setelah dipanen, bunga biasanya mudah menjadi kering. Untuk itu, diusahakan bunga tidak dijemur langsung di bawah sinar matahari, tetapidilayukan dibawah naunga. Apabila ruangan yang digunakan aerasi udarnya cukup baik maka dalam waktu dua hari bunga sudah cukup kering. Untuk menghindari berubahnya warna bunga menjadi coklat maka selama pelayuan sebaiknya bahan sering dibalik.
(f) Bahan herba
Sama dengan pengeringan daun.
(g) Bahan batang (tuber)
Batang dibersihkan, dipotong-potong kemudian dijemur
(h) Bahan umbi (bulbus)
Sama seperti rimpang atau digunakan dalam bentuk segar (sepert bawang merah dan bawang putih).
Berikut tabel cara pengeringannya (Sadewo, 2004)
Jenis Simplisia Cara Pengerjaan
Daun (folium)
Daun dengan minyak menguap
Herba
Rimpang (rhizome)
Batang (tuber)
Akar (radix)
Buah (fructus)
Biji (semen)
Kulit (cortex)
Kayu (lignum)
Bunga (flos)
Umbi (bulbus) Dilayukan dulu baru dijemur
Dilayukan dulu, dikeringkan tidak dengan sinar matahari langsung (diangin – anginkan atau dijemur dengan tutup berupa kain hitam)
Sama dengan pengeringan daun
Rimpang segar dibersihkan dari tanah, dirajang setebal 3 – 5 mm, baru dijemur.
Batang dibersihkan, dipotong – potong baru dijemur
Sama dengan batang
Dimanfaatkan segar atau diperlakukan seperti rimpang
Bias dijemur di bawah sinar matahari langsung
Sama dengan batang
Sama dengan batang
Sama seperti daun dengan minyak menguap atau digunakan dalam bentuk segar
Sama seperti rimpang atau digunakan dalam bentuk segar (seperti bawang merah dan bawang putih)
Contoh pengeringan:
Pada Bunga Cengkeh
Cengkeh diperam selama satu malam agar pengeringan lebih cepat selain itu warnanya juga lebih hitam dan mengkilap walaupun waktu pengeringan singkat. Namun kelemahannya rendemen cengkeh kering sedikit berkurang.
Pengeringan pada tampah atau tikar bambu, dan dijemur dibawah sinar matahari.
Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin pengering kelemahannya tidak dapat mencapai “kering patah”, keuntungannya dapat disimpan sampai satu bulan tanpa merusak kualitas cengkeh. Kemudian dapat dikeringkan lagi dibawah sinar matahari sampai “kering patah”. Suhu mesin tidak boleh melebihi 520 celcius, karena jika suhu sangat tinggi kemungkinan sel-sel dalam bunga akan pecah/rusak. Dan bila direndam tidak dapat menyerap air, sedangkan bila dirajang cengkeh akan hancur menjadi tepung sehingga minyak atsirisnya akan keluar (kelenjar minyak pada bunga telah rusak).
5. Peraturan tentang Pengeringan
Berdasarkan WHO guidelines on good agricultural and collection practices (GACP) for medicinal plants Bab Common technical aspects of good agricultural practices for medicinal plants and good collection practices for medicinal plants tentang pengeringan, menerangkan bahwa saat material tanaman obat disiapkan untuk tahap pengeringan, bahan penganggu harus dihilangkan hingga seminimal mungkin untuk mencegah pertumbuhan kapang atau infeksi dari mikroba lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam farmakope atau monografi lainnya. Pada Farmakope Indonesia Edisi IV menerangkan bahwa Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme pathogen dan harus bebas dari cemaran mikroorganisme, serangga, dan binatang lain maupun kotoran hewan. Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir atau menunjukkan adanya kerusakan. Jumlah benda anorganik asing dalam simplisia nabati dan simplisia hewani yang dinyatakan sebagai kadar abu yang tidak larut dalam asam, tidak boleh lebih dari 2%, kecuali dinyatakan lain.
Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV, Pengawetan simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau, cemaran atau mikroba dengan pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.(Anonim, 1995).
Cara yang sesuai di atas tersebut, salah satunya melalui pengeringan. WHO menerangkan dalam GACP, bahwa Tanaman obat dapat dikeringkan dengan beberapa cara yakni di udara terbuka (di bawah sinar matahari langsung); ditempatkan pada lapisan tipis pada tempat pengeringan; dengan peng-oven-an; dibakar; microwave; dsb. Selain itu, WHO juga menetapkan bahwa tempetur dan kelembaban harus dikontrol untuk mencegah bahaya yang dapat ditimbulkan dari adanya konstituen kimiawi yang aktif. Sedangkan metode dan temperatur yang digunakan untuk pengeringan dapat mempengaruhi kualitas dari hasil simplisia. Jika memungkinkan, sumber panas untuk pengeringan harus diminimalisir dari adanya campuran gas butane, propane, atau gas berbahaya lainnya, dan temperatur sebaiknya dijaga di bawah 600C. Jika digunakan sumber panas lain selain api, kontak antara material, asap, dan tanaman obat harus dihindari.
E. KESIMPULAN
1. Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama, dan terhindar dari pertumbuhan kapang dan mikroba lainnya.
2. Parameter yang perlu diperhatikan dalam tahap pengeringan agar diperoleh simplisia yang baik dan berkualitas di antaranya :
a. Cara pengeringan, melalui 2 cara yakni pengeringan alamiah dan pengeringan bauatan
b. Alat pengeringan, disesuaikan dengan bahan hasil pertanian yang akan dikeringkan.
c. Perlakuan pengeringan yang tepat dan sesuai untuk tiap - tiap hasil tanaman
F. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Depkes RI. Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta.
Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta.
Hadiwiyoto, Soewedo dan Soehardi. 1980. Penanganan Lepas Panen, edisi 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Sadewo, Bambang. 2004. Tanaman Obat Populer Penggempur Aneka Penyakit. Argomedia Pustaka. Yogyakarta.
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.
Syukur, Cheppy. 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
sumpah i like it so much ndog.... nambah reff aku masalah keilmuan...
BalasHapuszipzzzzzzzz sama sama
BalasHapus