SELAMAT DATANG TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA
kasih koment nya ya agar blog ini semakin baik

Rabu, 30 November 2011

SKRIPSI

UJI AFRODISIAKA EKSTRAK ETANOL 70%  DAUN TAPAK LIMAN (Elephantopus scaber L.) TERHADAP PERILAKU SEKSUAL MENCIT PUTIH JANTAN


SKRIPSI



Oleh :

SONY ANDIKA SAPUTRA
NIM 10108041




S1 FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2012 





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak ribuan tahun lalu, orang sudah menggunakan afrodisiaka untuk menciptakan kepuasan bercinta. Afrodisiaka merupakan sebuah cara ritual yang dilakukan untuk menyembah Aphrodite (dewi cinta dan kecantikan Yunani) dalam mitologi Yunani kuno. Seiring berlalunya waktu, kata afrodisiaka dideskripsikan sebagai bahan makanan organik, minyak esensial, obat,  minuman herbal atau bahan lain yang dapat membangkitkan gairah (Oktovina, 2006). Gairah seksual atau libido adalah dorongan yang dirasakan seseorang untuk melakukan hubungan seksual. Dorongan tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri (internal) yang disebabkan pengaruh hormon seksual dan dorongan dari luar (eksternal) yang menstimulasi produksi hormon seksual (Krisnatuti dan Mardiana, 2003).
1
1
Ada dua jenis gangguan seksual pertama adalah keinginan yang terlalu kuat dan yang kedua adalah sebaliknya, atau biasa disebut dengan lemah syahwat (Nainggolan, 2006). Lemah syahwat merupakan suatu kondisi yang menggambarkan ketidaktertarikan seorang pria maupun wanita kepada pasangannya dalam melakukan hubungan seksual. Dapat terjadi akibat beberapa faktor, antara lain gangguan psikis atau psikologis, misalnya trauma, malu, takut, gangguan hormonal, stress dan sebagainya (Wijayakusuma, 2007).

Pemenuhan kebutuhan seksual, begitu pula halnya dengan keberhasilan reproduktif, tergantung pada beberapa tingkat fungsional. Kemampuan seorang laki-laki yang terangsang untuk melakukan hubungan seksual bergantung pada ereksinya (Fried dan Hademenos, 2005). Dalam laporan National Health and Social Life Survey (NHSLS) yakni survei kesehatan dan kehidupan sosial nasional Amerika Serikat, yang meliputi populasi pria dan wanita berumur 18 sampai 59 tahun juga menunjukkan estimasi insidensi disfungsi seksual. Secara umum 10,4% dari pria dilaporkan bahwa mereka tidak mampu mempertahankan ereksi (Tobing, 2006). Sebelum tahun 1980 disfungsi seksual dengan sebab apapun digolongkan kedalam istilah (impotensi) untuk pria dan (frigditas) untuk wanita (Heffner dan Schust, 2005).
Impotensi merupakan kegagalan dalam mempertahankan tingkat ereksi penis untuk berlangsungnya hubungan seksual yang sempurna, juga menyangkut perubahan fungsi dan kemampuan seksual, seperti kualitas dan intensitas ejakulasi. Dapat disebabkan kerusakan pembuluh darah, seperti penyakit jantung, hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes mellitus, gagal ginjal, dan anemia. Pengaruh pemakaian obat, mengkonsumsi alkohol dan merokok secara berlebihan (Wijayakusuma, 2008). Disfungsi seksual dapat ditangani dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan menggunakan obat-obat kimia. Tetapi penggunaannya menimbulkan beberapa masalah, antara lain dapat menimbulkan efek samping yang serius, ketidaktersediaan obat dengan segera, dan harganya mahal (Yakubu et al., 2007).
Banyak orang mendambakan keperkasaan yang selalu prima, sebagian beralih secara alami melalui tumbuh-tumbuhan (Hendranata, 2005). Hidup sehat tanpa mengalami gangguan kesehatan adalah dambaan setiap orang. Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) yang menjadi tren saat ini membawa masyarakat memanfaatkan bahan alam, termasuk pengobatan tumbuhan berkhasiat obat (Wijayakusuma, 2008). Porsi pemanfaatan obat tradisonal dalam sistem pengobatan oleh masyarakat Indonesia sekitar 47,9% sisanya menggunakan obat modern (Priadi, 2004).
Lebih dari 30.000 jenis tumbuhan di Indonesia merupakan tanaman obat. Salah satu jenis obat tradisional yang beredar dimasyarakat adalah penambah stamina khusus pria atau dikenal sebagai afrodisiaka (Sulaksana dan Darmono, 2005). Tanaman yang digunakan secara empiris sebagai afrodisiaka adalah tapak liman (Elephantopus scaber L.) yang mempunyai kandungan kimia stigmasterol turunan steroid, yang dapat memacu gairah seksual (Dalimartha, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun tapak liman meningkatkan kepadatan sperma pada tikus putih jantan  (Pinmongkholgul et al., 2004).
Untuk melanjutkan penelitian tersebut perlu diteliti efek afrodisiaka ekstrak etanol 70% daun tapak liman (Elephantopus scaber L.) terhadap perubahan perilaku seksual kissing vagina dan mounting mencit putih jantan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut, yaitu: Apakah ekstrak etanol 70% daun tapak liman (Elephantopus scaber L.) mempunyai efek afrodisiaka ditinjau dari perilaku seksual kissing vagina dan mounting mencit putih jantan?
C. Tujuan Penelitian
1. Umum
Untuk mengetahui efek afrodisiaka ekstrak etanol 70% daun tapak liman (Elephantopus scaber L.) terhadap perilaku seksual kissing vagina dan mounting mencit putih jantan.
2. Khusus
Untuk mengetahui efek lama pemakaian terhadap perubahan perilaku seksual kissing vagina dan mounting mencit putih jantan.
D. Manfaat Penelitian
1.    Manfaat keilmuan dan penelitian
a.         Memberikan data ilmiah dalam penggunaan tanaman tapak liman (Elephantopus scaber L.) sebagai tanaman afrodisiaka.
b.         Mendorong peneliti lain untuk mengembangkan tanaman tapak liman (Elephantopus scaber L.) agar pemanfaatan sebagai tanaman obat semakin maksimal.
2.    Manfaat dalam pelayanan kesehatan
Sebagai informasi kepada masyarakat sebagai afrodisiaka dari bahan alam sehingga tidak bergantung pada obat-obat kimia yang harganya relatif mahal serta mempunyai banyak efek samping.









 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar